Rabu, 04 Maret 2009

Manajemen Peserta Didik

Rabu, 04 Maret 2009
Perlunya Pembekalan Kecakapan Hidup bagi Peserta Didik
Rubrik Khusus 21-10-2008
*hasan basri
MESKI pemerintah sejak beberapa tahun lalu telah mencanangkan program wajib belajar (WAJAR) 9 tahun, tetapi tidak dapat dipungkiri hingga kini masih banyak anak usia sekolah yang tidak bersekolah, atau terpaksa putus sekolah karena persoalan ekonomi keluarga akibat mahalnya biaya pendidikan.

Di sisi lain, lembaga pendidikan di Indonesia terutama pada tingkat SLTP dan SLTA bahkan juga perguruan tinggi, juga tidak memiliki kurikulum yang secara spesifik bisa memberikan kecakapan hidup bagi para siswa baik dalam menghadapi persaingan dunia kerja yang begitu ketat dewasa ini, terlebih lagi kecakapan untuk bisa membuka usaha atau lapangan kerja sendiri.
Agaknya, ada hal yang perlu dibenahi dan disempurnakan dalam sistem pendidikan di negeri ini. Pasalnya, lembaga pendidikan merupakan lembaga yang sangat berperan dalam penciptaan sumber daya manusia yang handal agar mampu menggerakkan kekuatan ekonomi baik lokal maupun nasional yang kini telah begitu kompetitif di arena persaingan global.
Agaknya hal ini sangat disadari oleh pimpinan Pesanteran Al Amin yang berlokasi di Jalan Sunda, Gg Bilal, Kelurahan Bakaran Batu, Lubuk Pakam, Kabupaten Deliserdang, yang juga membuka program pendidikan Paket B bagi siswa/i kurang mampu atau sempat mengalami putus sekolah.
Al Ustad Ruben SPdi, selaku pengelola program Paket B Pondok Pesantren Al Amin menyatakan, masalah pengangguran dan kemiskinan di masyarakat harus diperangi. Salah satu caranya adalah dengan mempersiapkan para peserta didik sejak dini agar memiliki jiwa dan karakter budaya kewirausaan. “Karenanya selain membekali peserta didik dengan berbagai teori-teori, lembaga pendidikan juga sangat perlu membekali ilmu-ilmu praktis untuk kecakapan hidup para peserta didik melalui pelatihan-pelatihan pengembangan kewirausaan,” kata Ustaz Ruben kepada MedanBisnis minggu lalu saat mengawasi pelatihan kecakapan hidup berupa pengembangan percetakan dan sablon para siswa program Paket B di ruang praktik sekolah itu.
Disebutkannya, pelatihan ini dilakukan atas kerja sama Pesantren Al-Amin dengan lembaga NGO USAID-DBE 3 Propinsi Sumatera Utara. “Pelatihan ini merupakan bantuan hibah dari USAID-DBE 3. Peserta pelatihan merupakan siswa Paket B yang terdiri dari 9 perempuan dan 3 siswa laki-laki. Dipilihnya pelatihan kecakapan hidup percetakan dan sablon ini sendiri merupakan hasil diskusi antara siswa, tutor dan pengelola Paket B,” ujar Ruben yang juga salah seorang muballig di Lubuk Pakam.
Distrik Officer DBE 3 Sumatera Utara, Muhammad Ikhyar Harahap, saat ditemui di lokasi pelatihan menyatakan, bantuan hibah program Usaid-DBE 3 diberikan kepada mitra mereka untuk mendukung program yang sudah disepakati (MoU). Bantuan yang diberikan bisa berbentuk barang maupun jasa dan tidak berupa bantuan uang tunai. “Saat ini Usaid-DBE 3 memiliki 15 mitra di lima kabupaten/kota yaitu Binjai, Deliserdang, Tebingtinggi, Sibolga dan Tapanuli Utara yang masuk dalam Cohort 1 yang mendapat bantuan hibah Non Cash Grant. Sedang untuk Cohort 2, meliputi Tanjungbalai, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara dan Dairi proses program hibah Non Cash Grant sedang dalam tahapan MoU.
Lebih lanjut Ikhyar yang juga mantan aktivis mahasiswa 98 ini menyebutkan, tujuan dari program hibah non kas kepada mitra DBE3 adalah untuk membantu mitra dalam penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup bagi remaja, melatih mitra membangun keterampilan membuat proposal yang baik, dan menyelenggarakan program secara efektif. Ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi mitra untuk menjalin kemitraan-kemitraan lain (misalnya dengan sektor swasta, individu, dan sekolah formal) untuk melanggengkan program-program kecakapan hidup bagi remaja.
Ikhyar mengetengahkan, prinsip dasar pengembangan kecakapan hidup bagi remaja ini intinya adalah pengembangan manajemen kewirausaan bagi remaja agar nantinya mereka memiliki kecakapan dalam menghadapi dunia kerja atau malah mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
“Entrepreneurship membutuhkan aktualisasi sikap yang ditopang pengetahuan, keterampilan, dan keahlian. Ini berarti sifat kompetisi yang kreatif dalam membangun suatu usaha dan bisnis haruslah melalui inovasi, peningkatan produktivitas dan daya saing, memperluas jaringan usaha, dan kecerdasan kreatif,” tegasnya.
Untuk itulah, katanya, DBE 3 terus mendukung gerakan penciptaan kecakapan hidup bagi remaja terutama melalui pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis bagi para peserta didik yang mengikuti program Paket B di sekolah-sekolah maupun lembaga-lembaga pendidikan informal mitra USAID-DBE 3.

5
Pengembangan Diri Peserta Didik
Mei 4, 2007 oleh adifia
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat megembangankan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Young Leader ◄Design by Pocket, BlogBulk Blogger Templates